11.18.2008

Legenda Batu Kerbau

Pada suatu waktu, Datuk Senaro Putih dari Tanah Datar Alam Minangkabau akan melakukan ekspedisi. Rute Ekspedisi sang datuk adalah menyisir Alam Sakti Kerinci, tembus ke Air Liki Hulu Batang Tabir. Kemudian memudik Batang Pelepat dan berlabuh di Gunung Rantau Bayur. Tanah cocok, udara serasi, maka ditempat inilah Datuk Senaro Putih dan rombongan berdiam, berkebun, beternak, dan sebagainya. Berdaulatlah Datuk Senaro Putih sebagai Penghulu Negeri dan namanya terngiang sampai ke raja Jambi di Tanah Pilih.
Hari berganti bulan. Bulan berganti tahun dan tahun berganti masa. Suatu ketika istana gempar, ternak kesayangan raja, Napuh Bertaduk Emas hilang tak tentu rimbanya. Hulubalang, panglima, dan pemburu tangguh tak mampu menisik rimba menguak semak mencari Napuh Bertanduk Emas itu. Ahli nujum negeri meramal pencarian harus mengilir sungai.
Tak ada pilihan. Datuk sendiri yang harus turun tangan. Sang permaisuri Putri Jumilah juga ikut serta. Sebagai bekal di jalan, rombongan mengilir dengan membawa sembilan puluh sembilan ekor kerbau. Dalam suatu tempat perjalanan, rakit Datuk Senaro Putih terpaksa meliuk dihadang batu yang menonjol kepermukaan. Bila dalam masa rekreasi, meungkin liukan perahu disela bebatuan akan menambah romantis. Bak arung jeram yang hiruk pikuk dengan jeritan tantangan dan deburan air, maka Datu Senaro Putih juga melengking menggeledek suaranya. Batu-batu yang menonjol itu seolah menghadang perjalanannya. Dasar sedang emosional kehilangan Napuh Bertanduk Emas, Datuk Senaro Putih melambung dari atas rakit dan seperti elang menyambar seluang kakinya menjejak tujuh batu melesak ke dasar sungai. Memburai air mengikuti patahan kerak bumi. Jadilah di sana air terjun bertangga tujuh, kini disebut air terjun Tujuh Takak.
Setelah Putri Jumilah melerai amarah Datuk Senaro Putih, pelayaran dilanjutkan. Pada suatu lubuk, subang sang istri terjatuh dan tenggelam. Lubuk itu bernama Lubuk Subang. Di tempat lain pula, seekor kucing milik datuk tercebur jatuh dan hilang ditelan pusaran. Lubuk itu digelari Lubuk Kucing.
Rintangan lain masih menghadang. Tak tahu apa sebabnya kerbau-kerbau Datuk Senaro Putih lintang pukang serabutan terju ke lubuk. Pengirin datuk kalang kabut menarik kerbau-kerbau yang tak mau naik kembali. Sekuat menarik ke atas, sekuat itu pula kerbau tersedot ke dalam, ibarat batu beratnya. Puncak sumpah Datuk Senaro Putih menghujat kerbau seperti batu-batu. Bak sesakti Pahit Lidah atau mungkin saat itu melintas si Pahit Lidah, maka jadilah kerbau-kerbau itu menjadi batu. Tempat dimana kerbau terjatuh dan menjadi batu disebutlah sebagai Lubuk Batu Kerbau.
Untuk meringankan perjalanan, sebagian pengiring Datuk Senaro Putih berdiam di sekitar Lubuk Perkembangan. Kemudian jadilah sekitar daerah itu pusat pemukiman dan cikal bakal desa Batu Kerbau.
Setelah sekian lama mencari Napuh Bertanduk Emas, hasilnya tetap nihil. Sampai pada suatu ketika tersiar kabar bahwa ternyata Napuh Bertanduk Emas ada pada raja Jambi. Saat kerbau itu diminta, raja Jambi tidak mau memberikan. Sebagai gantinya raja Jambi memberi sebidang tanah di hilir berbatasan dengan Rio Maliko, Lubuk Tekalak. Di mudik berbatasan dengan Batu Kijang Alam Kerinci.


1 komentar:

  1. The best casino site in the world
    The best casino site in the luckyclub world · Best casino for new customers · Huge bonuses and fast withdrawal · Best online casino for sports betting · Great for  Rating: 4.4 · ‎Review by LuckyClub.

    BalasHapus